Dialog Nilai nilai Kebangsaan

Kesbangpol Riau Taja Dialog Penguatan Nilai-Nilai Sejarah Kebangsaan

Foto Para narasumber dan peserta dialog penguatan nilai-nilai sejarah kebangsaan***
PEKANBARU, (MTN) - Badan kesatuan bangsa dan politik (Kesbangpol) provinsi Riau menggelar forum Dialog penguatan nilai nilai sejarah di hotel Furaya, Selasa (16/7).

Mengangkat tema, "Melalui penguatan wawasan kebangsaan mari kita jaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI", dialog ini diharapkan dapat merekat dan meningkatkan wawasan kebangsaan anak bangsa khususnya para generasi muda penerus bangsa.

Ketua panitia pelaksana kegiatan Forum Dialog Janres Pardede SH Kasubid Wawasan kebangsaan, bela negara dan nilai sejarah, mengatakan kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan dan menanamkan rasa kebangsaan dan nasionalisme seluruh masyarakat Riau.

Sedangkan tujuannya adalah untuk tetap mempelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI.

Sementara kepala Badan Kesbangpol Riau Drs Chairul Rizky dalam sambutannya yang diwakili Sri Petri Haryanti Spd, Kabid Ideologi dan wawasan kebangsaan mengatakan tantangan terbesar negara Indonesia yang multi etnis, budaya, bahasa dengan geografis yang luas adalah ancaman terhadap keutuhan NKRI.

"Untuk itu bangsa ini membutuhkan perekat yang kuat yang mampu menyatukan segenap komponen bangsa ini. Namun sekuat apapun perekat yang digunakan bukan tidak mungkin usaha itu akan sia sia tanpa adanya semangat dan kesadaran setiap anak bangsa untuk menyatu dan menjaga keutuhan bangsa ini," papar Sri Petri.

Dia melanjutkan, peningkatan wawasan kebangsaan melalui pendekatan sejarah kebangsaan adalah cara yang tepat untuk mempertahankan dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa saat ini.

"Oleh karena itu memahami sejarah tidak berhenti sebatas mengetahui kisah atau peristiwa, namun lebih daripada itu ambil nilai positif sejarah sebagai sumber pendidikan moral, politik, kebijakan dan berbagai manfaat lain yang terdapat dalam suatu peristiwa masa lalu," bebernya.

Menurut Sri Petri, berbagai program kerja peningkatan wawasan kebangsaan telah banyak dilakukan melalui berbagai bentuk pendekatan. Namun peningkatan wawasan kebangsaan melalui pendekatan sejarah kebangsaan merupakan pendekatan baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

"Oleh karena itu kami mengundang nara sumber yang kompeten untuk menjelaskan kepada kita tentang kaitan antara sejarah dengan nilai-nilai kebangsaan agar kelak dapat sampai ke anak cucu dan bagaimana mengemas suatu peristiwa atau suatu karya seni yang memiliki nilai-nilai sejarah agar menarik minat generasi muda untuk mempelajarinya," pungkasnya.

Dialog yang dipandu Ansyari diawali dengan pemaparan nara sumber Profesor Suwardi MS.

Secara singkat, Suwardi menyebutkan apa yang dilakukan orang orang tua dapat dilanjutkan generasi muda. Tanpa ada sejarah tidak akan ada perubahan. Tanpa kemauan tidak akan ada kemajuan.

Dikatakan, nilai sejarah tidak dapat kita lupakan karena itu merupakan catatan para pendahulu yang sangat penting untuk menjaga serta menguatkan negara ini.

"Saya berkecil hati saat ini pelajaran sejarah ditiadakan. Melalui dialog ini saya berharap kepada generasi muda untuk kembali membangkitkan semangat dalam menggali dan menguatkan nilai nilai sejarah," kata Suwardi.

Sementara nara sumber H. Syamsul Djafar SH menekankan pada generasi muda untuk terus membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa agar Indonesia kedepan semakin kuat dan bermartabat.

Tanpa sejarah, lanjut Syamsul, negara ini tidak seperti sekarang ini. Para pendiri bangsa termasuk para veteran turut serta berjuang bahkan tidak sedikit menjadi korban.

"Untuk Itulah, melalui dialog ini saya berharap kedepan penguatan nilai nilai sejarah terus digelorakan sehingga para generasi muda tidak pernah lupa akan perjuangan para pendiri bangsa ini," ujar Syamsul yang juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan LVRI Riau.

Nara sumber ketiga, Ridwan Malay lebih menekankan kepada para generasi muda untuk terus belajar meningkatkan rasa nasionalisme yang kuat.

Dosen Unri ini mengingatkan bagaimana perjuangan para founding fathers dalam mempertahankan keutuhan NKRI hingga saat ini. Kenyataan ini harus menjadi pelecut bagi penerus bangsa dengan tetap menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

"Kata bung Karno, jangan sesekali melupakan sejarah [jas merah]. Ucapan ini tidak cuma lips service. Tapi harus mampu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ucap Ridwan.

Bhinneka tunggal Ika lanjut dia, mesti tetap dijaga dengan baik. Karena itu merupakan simbol yang mempersatukan kita yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan antar golongan (Sara).

Dengan menjaga Bhineka Tunggal Ika, negara ini dapat memerangi segala hal yang dapat merusak keutuhan bangsa, seperti paham paham terorisme, separatisme, serta berbagai ancaman lain yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Terakhir, kata Ridwan, fenomena narkoba yang dapat merusak kehidupan masyarakat. Untuk itu jangan sekali-kali terjebak dalam kejahatan ini. Generasi muda harus menjauhkan diri dari fenomena ini agar negara ini menjadi sehat dan kuat.

Dia juga menyarankan pada generasi muda untuk terus membangun pengetahuan dalam bidang iptek karena kedepan semua lini kehidupan sudah berbasis digitalisasi. "Kalau kita tidak siap, akan ketinggalan jauh dari negara lain," pungkasnya.

Nara sumber terakhir, Abda Ali dari Direktorat Bina Ideologi, karakter dan wawasan kebangsaan Ditjen polpum Kemendagri.

Mengangkat tema " Urgensi sosialisasi nilai nilai kebangsaan dalam rangka memperkokoh NKRI", Ali menekankan para generasi muda harus membangkitkan rasa bangga dan menarasikan sejarah nilai nilai kebangsaan.

Perbedaan antara negara berkembang (miskin) dengan negara maju tidak tergantung umur negara. Tapi ditentukan oleh kesiapan serta kemampuan sumber daya manusia yang ada.

Ali mengatakan bahwa generasi muda, adalah embrio kebangsaan. Lalu apa yang harus dilakukan generasi muda dalam memahami nilai nilai sejarah kebangsaan dalam konteks kekinian.

Menurut Ali, generasi muda punya peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Melalui dialog ini kita berharap generasi muda dapat labih meningkatkan wawasan kebangsaan serta meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan atau knowledge untuk memperkuat bangsa dan negara dalam membangun berbagai aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi dan sosial budaya," papar Ali.

Kemudian, etika sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari, kejujuran dan integritas, bertanggung jawab, hormat pada aturan, lanjut Ali adalah hal yang sangat urgent yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Semua konteks ini, ujar Ali telah tercermin dalam dasar Negara NKRI yakni Pancasila. Namun berdasarkan sebuah riset masih ada masalah dalam memahami sejarah kebangsaan kita.

Sejarah itu adalah bagaimana bisa menarasikan sejarah yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. "Ada rasa nasionalisme yang bisa bangkit karena ada narasi sejarah yang benar," ujar Ali.

Dia menambahkan, sejarah juga bermanfaat sebagai edukatif atau pembelajaran bagi generasi muda. "Tapi menurut saya sejarah itu lebih efektif melalui aplikasi digital, dipelajari dan kemudian diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," pungkas Abda Ali.

Usai pemaparan nara sumber dilanjutkan dengan dialog. Tapi sebelumnya moderator memberi kesempatan kepada tokoh masyarakat Riau Agus Ramadhan untuk menyampaikan pencerahan.

Jumlah peserta forum dialog berjumlah seratus orang, berasal dari berbagai kalangan. Ada tokoh masyarakat, paguyuban, tokoh pemuda dan lainnya. Turut juga hadiri tokoh masyarakat Riau Agus Ramadhan. (Brc/Mtn)***
TERKAIT